Mengulik Asal Usul Perayaan Hari Ketupat di Boltim

Ilustrasi. (sumber: tangkapan layar fb)
banner 120x600

TELEGRAFNEWS – Perayaan Hari Ketupat yang dilaksanakan pasca Lebaran kian fenomenal di kalangan masyarakat Bolaang Mongondow Timur.

Mengulik asal usul dan sejara ketupat, kita tahu bersama bahwa tradisi ketupat ini hanya dilaksanakan oleh masyarakat Suku Jawa, dan hanya di peringati pada hari ke-7 atau hari penutup perayaan Idhul Fitri.

Untuk nama Ketupat sendiri berasal dari bahasa Jawa, “Kupat” yang memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain: Luberan (melimpahi), Leburan (melebur dosa), Lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan Laburan (menyucikan diri).

Dengan demikian makna Ketupat memiliki filosofis untuk saling mengakui kesalahan dan memaafkan dengan melakukan tradisi sungkeman.

Sejarah Ketupat

Ketupat merupakan jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam janur (anyaman daun kelapa). Ketupat ini bisa berbentuk kantong, prisma, lonjong dan lain sebagainya kemudian dimasak.

Ilustrasi. (sumber: tangkapan layar fb)

Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba’da atau bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang artinya sesudah Lebaran atau sesudah Kupat.

Kemudian tradisi ketupat pada saat perayaan Lebaran tersebut diawali dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga.

Bakda Lebaran merupakan prosesi pelaksanaan sholat Id mulai dari 1 Syawal dengan berkunjung untuk saling silaturahmi. Tradisi ini biasanya saling bermaaf-maafan antara keluarga, dan sanak saudara. (sumber CNBC indonesia).

Berawal dari sinilah akhirnya perayaan ketupat menjadi tradisi di pulau Jawa, seperti di Kudus Jawa Tengah, dimeriahkan dengan prosesi Kirab Gunungan Seribu Ketupat. Terdapat seribu ketupat dan ratusan lepet yang membentuk gunungan dan diarak oleh orang-orang dari desa menuju Masjid Sunan Muria.

Kemudian di Magelang ada Festival Balon Syawalan. Tradisi tersebut diketahui sudah ada sejak tahun 1980-an dan melibatkan banyak orang untuk menerbangkan sekitar 150 balon udara tradisional.

Selanjutnya menjadi tradisi masyarakat suku Jawa yang tersebar di seluruh Nusantara, termasuk di Sulawesi Utara, khususnya di Bolaang Mongondow Timur (Boltim).

Ketupat di Boltim sejak dahulu, selalu dilaksanakan masyarakat suku Jawa yang berdomisili di Kecamatan Modayag yaitu, di Desa Purworejo dan di Desa Liberia.

Ilustrasi Sungkeman (sumber: pixabay).

Nakmun perayaan ketupat di kedua desa ini hanya berlaku dikalangan saja, karena merupakan momentum kumpul keluarga dan kerabat dekat maupun jauh untuk bersalam-salaman atau sungkeman. 

Barulah pada tahun 2019 perayaan hari raya ketupat dirayakan secara besar-besaran di Desa Bongkudai, Kecamatan Modayag Barat, Boltim.

Dimasa pemerintahan Sangadi (kepala desa_red), Delly Mamonto., pemerintah dan masyarakat Desa Bongkudai, bersepakat melaksanakan perayaan hari ketupat dengan membuat Pondok Menu Makanan di setiap depan rumah  warga. pada hari ke-7 Lebaran Idhul Fitri 1440 Hijriah atau 14 Juni 2019.

Untuk lebih meriahnya perayaan ketupat tersebut. Pemerintah desa dan masyarakat membuat undangan terbuka bagi siapa saja lewat media sosial.

Adapun maksud dan tujuan di gelarnya ketupat besar-besaran tersebut, adalah untuk mengalihkan tujuan warga Desa Bongkudai dan sekitarnya, yang setiap kali perayaan ketupat selalu berkunjung ke Kota Gorontalo, Jawa Tondano (Jaton), Minahasa, dan Desa Ihwan di Bolmong.

Dan untuk lebih meriahnya perayaan ketupat, Sangadi Bongkudai menghadirkan pejabat atau kepala daerah, yang kala itu dihadiri Wakil Bupati Boltim, Rusdy Gumalangit.,

Oleh Sangadi, Wakil Bupati diarak mengunjungi tiap pondok warga untuk menikmati hidangan, sekligus “mo ponik mo ponag kon baloyan” (naik turun rumah _red) warga guna untuk bersilaturahmi.

Gambar kolase perayaan hari ketupat di Desa Bongkudai, Kecamatan Modayag Barat, yang dihadiri mantan Wakil Bupati Boltim, Rusdi Gumalangit, 14 Juni 2019.

Perayaan ketupat di Desa Bongkudai ini kemudian menjadi buah bibir dan viral di kalangan masyarakat Boltim dan sekitarnya. Karena berhasil memikat pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah baik Boltim maupun daerah luar, hingga mengakibatkan kemacetan total disepanjang ruas jalan Trans Sulawesi sekiranya sepajang 10km, sejak sore hari hingga pada malam hari.

Untuk diketahui, perayaan ketupat di Desa Bongkudai ini di akhiri dengan acara hiburan di rumah sangadi, dengan menggelar kuis berhadiah, serta menggelar berbagai perlombaan tradisional yang boleh diikuti oleh para pengunjung.

Sejak saat itu, perayaan hari ketupat di Desa Bongkudai diikuti desa tetangga lainnya di Kecamatan Modayag Barat, kemudian menjadi tradisi yang dilestarikan oleh setiap desa hingga sekarang ini di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Red.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *